Memiliki seorang istri bule atau wanita keturunan barat tentunya menjadi suatu kebanggaan dan keindahan tersendiri bagi para pria yang mendapatkan kesempatan tersebut. Seperti gurauan di kebanyakan kalangan pria pada umumnya, jika memiliki istri bulepastinya akan memperbaiki keturunan dan juga ketertarikan yang dimiliki para wanita bule secara fisik.
Namun apakah tidak ada resikonya jika kita (pria) beristri wanita warga Eropa, Australia, ataupun bule yang cenderung memang terlihat ‘Wah’ dilihat dari segi fisiknya dan nantinya memiliki keturunan dari wanita bule tersebut? Apakah itu perbedaan bahasa, kebudayaan, ataukah mungkin gaya hidupnya? Resiko ini lebih kepada nasib kehidupan keturunan dari pasangan tersebut yang disebut sebagai Eritroblastosis Fetails.
Dalam sebuah situs tanyadokteranda.com, disebutkan bahwa pengertian dari Eritroblastosis Fetails adalah suatu kelainan yang berupa hemolisis (pecahnya sel darah merah) pada janin yang akan tampak pada bayi yang baru lahir karena inkompatibilitas (perbedaan) golongan darah janin dengan ibunya. Dalam golongan darah kita terdapat bermacam-macam jenis golongan darah termasuk sistem rhesusnya, jarang sekali kita mendengar golongan darah rhesus positif atau negatif.
Landsteiner dan Wiener pada tahun 1940 menemukan sebuah sistem penggolongan darah yang berdasarkan rhesus yang dikutip pada sebuah blog di iconcealmyheart.blogspot.com, Rhesus yang berarti adalah protein (antigen) yang terdapat pada permukaan sel darah merah. Dalam kasus ini tentu saja bagi pemilik darah rhesus positif tidak dapat menerima donor darah rhesus negatif, dikarenakan akan terjadi pembentukan sistem pertahanan tubuh si penerima donor karena dianggap sebagai ‘benda asing’ yang akan memproduksi antirhesus dalam tubuhnya dan terlebih golongan darah rhesus positif lebih dominan dari golongan darah rhesus negatif.
Inilah alasan mengapa bagi pria Indonesia atau Asia sangat beresiko jika menikah dengan wanita bule (Eropa, Australia, Amerika, warga keturunan bangsa barat) dikarenakan kebanyakan pria Asia bergolongan darah rhesus positif, sedangkan wanita bule, kebanyakan bergolongan darah rhesus negatif. Pada umumnya, kasuseritroblastosis fetails terjadi pada kehamilan anak kedua dan selanjutnya jika semua anak bergolongan darah rhesus positif. Dalam kehamilan pertama, mungkin hanya akan menyebabkan si janin akan lahir kuning (proses dari hemolisis yang menyebabkan warna kuning pada si janin). Dimana bayi akan mengalami anemia, sehingga tubuh bayi akan merespon kekurangan sel darah merah ini dengan melepaskan sel darah merah yang masih muda yang disebut dengan istilah Eristoblas ke dalam sirkulasi darahnya (Eristoblastosis Fetails => Fetal yang berarti fetus yaitu janin).
Ironisnya lagi, bahaya dari pernikahan beda ras bangsa antara pria Asia dengan wanita Barat justru pada kehamilan sang ibu yang kedua, karena tubuh sang ibu telah membentuk antibodi terhadap darah rhesus positif tersebut setelah proses persalinan pada kehamilan yang pertama sehingga dampaknya akan menimpa pada bayi yang berada di dalam kandungan sang ibu yang kedua tersebut. Kadar antirhesus (antibodi terhadap rhesus positif) sangatlah tinggi yang menyebabkan rusaknya sel darah merah bayi yang dapat menyebabkan sang ibu mengalami keguguran.
Maka alangkah lebih baiknya, jika anda (para pria Indonesia atau Asia) yang memiliki golongan darah rhesus positif memiliki pasangan calon istri wanita bule yang mayoritas bergolongan darah rhesus negatif memeriksakan jenis golongan darah masing-masing terlebih dahulu sebelum terjadinya kehamilan. Karena hal tersebut dapat diminimalisir dengan melakukan pemantauan berkala antibodi yang terbentuk dalam darah ibu dengan melakukan amniosintesis atau pengambilan darah janin dari umbilical cord sehingga golongan darah si janin dapat diketahui dengan jelas jenisnya. Demi mencegah terjadinya resiko yang tidak di kehendaki bagi kedua belah pihak.
0 komentar:
Posting Komentar